Nama : Shohifa Hafida
NIM : 1802050219
1. Teori yang
baru : MASKER PEEL OFF PATI JAGUNG (Zea
mays sacchrata) SEBAGAI PERAWATAN KULIT WAJAH
Kulit
merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan mempunyai daya proteksi
terhadap pengaruh luar. Kulit terbagi menjadi 4 jenis, yaitu kulit kering,
kulit normal, kulit berminyak dan kulit kombinasi. Pembagian ini didasarkan
pada kandungan air dan minyak yang terdapat pada kulit
Jagung
mengandung senyawa Thiamin yang mampu mengeringkan luka dan menghilangkan bekas
jerawat yang berupa lubang di wajah atau flek hitam. Kandungan vitamin B, A dan
E, bersifat sebagai antioksidan sangat bermanfaat bagi kulit yaitu menangkal
radikal bebas, mencegah penuaan dini, serta kandungan prokaroten yang
bermanfaat untuk memperbaiki struktur kulit yang rusak.
a) Manfaat
a) Manfaat
Pati
jagung dapat diformulasi dalam bentuk sediaan masker peel off yang memenuhi Uji
evalusi sediaan dengan konsentrasi 5 %. Masker peel off pati jagung 5 % dapat
digunakan dan efektif sebagai perawatan kulit wajah
b) Alasan
Teori ini melibatkan masker peel off yaitu masker trobosan baru dari sediaan farmasi yang baru baru ini di pakai oleh kalangan masyarakan hal yang menarik dari jurnal ini adalah pati jagung digunakan sebagai bahan aktif dalan sedian masker peel off.
b) Alasan
Teori ini melibatkan masker peel off yaitu masker trobosan baru dari sediaan farmasi yang baru baru ini di pakai oleh kalangan masyarakan hal yang menarik dari jurnal ini adalah pati jagung digunakan sebagai bahan aktif dalan sedian masker peel off.
Sumber :
karmilah dkk. 2018. Formulasi Dan Uji
Efektivitas Masker Peel Off Pati Jagung (Zea Mays Sacchrata) Sebagai Perawatan
Kulit Wajah. Kendari
2. Teori yang
ada : Ekstrak Jahe Merah (Zingeber
officinale var rubrum) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Obesitas
Jahe
merah atau dengan bahasa latin Zingiber officinale var rubrum, merupakan jenis
tanaman yang termasuk dalam suku Zingiberaceae. Tanaman ini banyak digunakan
oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan rempah. Dalam jahe merah
(Zingiber officinale var rubrum) terdapat senyawa aktif, diantaranya adalah
gingerol dan shogaol yang dipercaya dapat menurunkan kadar asam urat darah
dengan efek anti radang yang dimilikinya.
Kadar
asam urat darah yang meningkat disebut juga hiperurisemia. Dikatakan
hiperurisemia apabila terjadi peningkatan kadar asam urat darah serum lebih
dari 7 mg/dL pada lak-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Kadar asam urat
darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan ekskresi asam urat.
Kejadian hiperurisemia juga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
genetik, usia, jenis kelamin, berat badan berlebih dan juga diet.
Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe
(Zingiber officinale Rosc) cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat
radikal bebas berupa superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker, juga bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik
pada konsentrasi tinggi. 20 Beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan
zingeron memberikan aktivitas farmakologi seperti efek antioksidan,
antiinflammasi, analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik.
a) Manfaat
Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) bermanfaat untuk menurunkan kadar asam urat darah dengan efek anti radang yang dimilikinya.
b) Alasan
Teori ini masih berlaku dan banyak dipakai oleh masyarakat dan industri-industri farmasi sebagai produk makanan atau minuman yang diperjual belikan di Indonesia bahkan luar negeri.
a) Manfaat
Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) bermanfaat untuk menurunkan kadar asam urat darah dengan efek anti radang yang dimilikinya.
b) Alasan
Teori ini masih berlaku dan banyak dipakai oleh masyarakat dan industri-industri farmasi sebagai produk makanan atau minuman yang diperjual belikan di Indonesia bahkan luar negeri.
Sumber : Nadiya dkk. 2018. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Jahe Merah (Zingeber officinale var rubrum) Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Darah Obesitas. Lampung
3. Teori yang
direfisi : Pengobatan Kombinasi Obat
Asma Penyebab ADR
Asma adalah penyakit heterogen dengan inflamasi kronik pada saluran napas yang
melibatkan sel inflamasi didalamnya, yang akan merespon suatu trigger secara
berlebih sehingga menimbulkan gejalaepisodik seperti mengi, sesak napas, rasa
tertekan didada, dan batuk (terutama pada pagi dan malam hari). Perburukan
episode asma yang dikenal dengan eksaserbasi asma,1merupakan penyebab terbesar
pasien masuk ke UGD, dan kejadiannya di Amerika mencapai 67 dari 10,000 pada
tahun 2002.
Masalah
terkait obat pada pengobatan asma sudah pernah diteliti sebelumnya, seperti
penggunaan teofilin yang merupakan obat dengan rentang terapi sempit sehingga
berisiko menyebabkan ADR,9 penggunaan beta-2 agonis aksi panjang (long-acting
beta-2 agonist) tunggal yang diduga memperparah eksaserbasi asma, 10 serta ADR
kortikosteroid inhalasi berupa candidiasis orofaringeal yang sering muncul
karena penggunaan yang tidak tidak tepat atau dosis penggunaan yang tinggi dan
dapat menyebabkan komplikasi asma,11 tetapi penelitian yang lebih luas pada
masyarakat di Indonesia belum diteliti secara luas.
Aminofilin
intravena merupakan salah satu obat terbanyak yang diterima oleh pasien, yaitu
sebanyak 36 pasien (83,72%). Aminofilin menupakan turunan teofilin dengan
penambahan ethylenediamine yang menjadi kompleks garam larut air.
Teofilin/aminofilinmemiliki rentang terapeutik sempit dan variasi sempit pada
metabolisme hepatik dan klirens sehingga berisiko menyebabkan terjadinya ADR
Hasil
penelitian menunjukkan obat asma juga dapat menyebabkan kejadian ADR dan bahkan
kombinasi obat asma juga berisiko menyebabkan interaksi obat. Pengobatan
salbutamol yang menurut pustaka relatif aman ternyata justru menunjukkan
kejadian ADR yang lebih besar dibandingkan aminofilin, dan interaksi obat yang
diduga bersifat aktual terbanyak adalah pada penggunaan kombinasi aminofilin
dan salbutamol. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, karena reaksi suatu obat
bersifat individual, menggunakan desain studi penelitian yang berbeda dengan
mengendalikan variabel-variabel penelitian yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
a) Alasan
Pada jurnal ini disebutkan bahwa Obat asma juga dapat menyebabkan kejadian ADR dan bahkan kombinasi obat asma juga berisiko menyebabkan interaksi obat. Pengobatan salbutamol yang menurut pustaka relatif aman ternyata justru menunjukkan kejadian ADR yang lebih besar dibandingkan aminofilin, dan interaksi obat yang diduga bersifat aktual terbanyak adalah pada penggunaan kombinasi aminofilin dan salbutamol. Sehingga penggunaan salbutamol pada penyakit asma sebauknya tidak dianjurkan.
a) Alasan
Pada jurnal ini disebutkan bahwa Obat asma juga dapat menyebabkan kejadian ADR dan bahkan kombinasi obat asma juga berisiko menyebabkan interaksi obat. Pengobatan salbutamol yang menurut pustaka relatif aman ternyata justru menunjukkan kejadian ADR yang lebih besar dibandingkan aminofilin, dan interaksi obat yang diduga bersifat aktual terbanyak adalah pada penggunaan kombinasi aminofilin dan salbutamol. Sehingga penggunaan salbutamol pada penyakit asma sebauknya tidak dianjurkan.
Sumber : Amelia R. Ratna A. 2015. STUDI
FARMAKOVIGILANS PENGOBATAN ASMA PADA PASIEN RAWAT INAP DI SUATU RUMAH SAKIT DI
BOJONEGORO. Surabaya